Dari: Betri Wendra S.[30 April 2014]
Kematian
merupakan suatu ketetapan Tuhan, Allah ‘aza wajal terhadap manusia.
Manusia datang silih berganti, ada yang lahir pun ada yang mati. Dan
suatu saat, entah dibilangan tanggal, jam, menit serta detik keberapa
pun kita akan mengalami kematian. Kita kadang lupa, akan datang masanya
jantung ini akan berhenti berdenyut, darah berhenti mengalir. Seonggok
daging yang selalu kita bawa kemana pergi ini, tidak lebih dari bangkai
yang akan membusuk dan santapan empuk bagi cacing beserta kloninya. Tak
kepalang kesakitan yang akan kita rasa, saat ruh meninggalkan jasad. Ada
yang bilang sakitnya seperti leher diiris-iris belahan bambu dari
ketinggian sehingga semua nadi terputus saat jatuh ke tanah. Ada juga
yang mengatakan perihnya kematian ibarat kulit dikelupas hidup-hidup,
lalu disirami air asam. Jelas ini tidak berlebihan. Kita bisa bayangkan
betapa sakit gigi saja begitu menyiksa, Disayat pisau dapur, perih tak
kunjung pudur. Apalagi kematian yang merupakan kesakitan di atas
kesakitan, perih yang berlapis-lapis.
Walau bagaimanapun
akrabnya kita dengan kematian, tetap saja menjadi sesuatu yang aneh jika
orang terdekat sendiri yang mengalaminya. Seperti kabar yang ku dengar
pagi ini, salah seorang mamak kontan (paman dekat) kami dipanggil yang maha kuasa menghadap kehadirat-Nya. Angku Akmal, salah seorang mamak terbaik kami. Semua anak kemenakan sangat mencintai dan menghormati beliau, bangga bermamakkan angku Akmal. Beliau sosok mamak yang adil, ibarat kata orang minang: “tibo di mato indak dipicingkan, tibo di paruik indak dikempiskan”.
Aku belajar banyak dari beliau, kearifan yang tiada tanding. Aku yakin,
Allah ta’ala sangat mencintai beliau, ingin segera merangkul dan
membawa beliau ke singgasana kemuliaan, di keabadian. Do’a kami
menghantar kepergianmu, angku…
Satu-persatu pergi, dan
entah siapa lagi nanti.
Mungkinkah suatu saat nanti,
kita kan bersama lagi.
Dalam kedamaian, cinta kasih tak terperih.
Di surga firdausi…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pembaca yang baik hati. Komentar Mu sangat Ku nanti...