Jumat, 19 April 2013

Abak,"Bet sayang samo Abak"

"Abak", begitulah Ku memanggil orang tua laki2Ku.
Ujuk-ujuk, beliau menyelinap dalam mimpi ditidurKu kemarin malam. Sebuah Mimpi yang membuatKu kangen berat dengan beliau yang berujung aliran bulir bening di pipiKu.
Jam digital di HandponeKu menunjukkan pukul 23.30 WIB.
Malam itu Ku tidur lebih awal karena aktifitas seharian yg begitu melelahkan, ditambah suhu tubuh yg panas dingin tak menentu.

Ku coba meraih Handpone di meja belajarKu.
mencari-cari nama yg bertuliskan "2.aB!".
Tak butuh waktu lama mencari, karena nama itu terletak no. 2 paling atas setelah nama "1.Umm!" di daftar panggilan handponeKu.

Setelah panggilan tersambung. "Assalamu'alaikum, ba a kaba bak, sehat?." UcapKu memulai percakapan. "Wa'alaikum salam, alhamdullillah sehat", jawab bapakKu.
"Waang ba a lai sehat di situ?" Beliau balik bertanya. "Alhamdulillah berkat do'a abak, bet lai sehat2 c nyo." JawabKu.

Setelah bercerita tidak terlalu panjang, Ku tahu baliau masih sangat capek karena seharian memanen sawit di ladang yg jaraknya dari rumahKu sampai 2 jam perjalanan dengan mobil umum. Untung saja ada buruh di sana yang membantu.
Untuk saat ini, memanen sawit bukan saja capek karena bekerjanya yang menguras tenaga. Lebih dari itu, harga sawit yang turun drastis akhir2 ini begitu menambah letih yang memerihkan para petani sawit di KampungKu khususnya.

Tak ingin Ku terlalu lama mengganggu istirahat Abak. Memanfaatkan jeda yang membuat kami saling terdiam, Ku menghela nafas mencoba mengeluarkan kata2 yang dari tadi tertahan di lidahKu yang kaku.
....."Bak, Bet Sayang Samo Abak."
Sontak beliau jadi salah tingkah. Berusaha untuk membalas kata2Ku, berucap kata2 yang selama ini hanya menjadi perbuatan yang esensial dari kata itu. Namun, belum menjadi kata yang akrab di lidah dan telinga kebanyakkan keluarga di KampungKu.
Tak mau kelihatan kagetnya, belaiu kemudian berkata: "Abak... Jugo bet."

Begitulah percakapan kami berakhir.
Namun, tidak akhirnya membuatKu dengan cepat memejamkan mata menyambung mimpi demi mimpi yang menunggu. Mungkin juga begitu dengan Abak. Detakkan jantungKu mulai terdengar sayup2 ibarat fatamorgana dikejauhan yang mulai menghilang.

By: Betri Wendra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pembaca yang baik hati. Komentar Mu sangat Ku nanti...