Rabu, 30 April 2014

GHARIB

Oleh: Betri Wendra S.
13 Feb'13

Sudah terlalu lama pemuda seperempat abad itu mematung. Matanya berbinar, sepertinya beban pikiran begitu liar berkelabut di keningnya.
Malam semakin larut. Ia mulai bersandar ke dinding teras masjid yang sudah dari tadi tak berpenghuni. Ini bukan kali pertama baginya merenung dalam-dalam tuk menemukan kepuasan bathinnya. Namun ini beda, Ia sedang menanyai dirinya.

Mengapa seorang gadis begitu murahnya memperlihatkan sesuatu yg sangat berharga itu pada dirinya.
ya, sesuatu yg sangat berharga. Bahkan sungguh berlian sebesar telur angsa sekalipun, tak seujung kuku jika dibandingkan dengannya.
Padahal baru tadi pagi Ia berkenalan dengan wanita itu. Wanita yang ramah, pemilik wajah cantik yang gak mungkin lelaki manapun, hanya cukup dengan memandangnya hanya dengan satu kali tatapan penuh kagum mereka.
Sepertinya wanita itu anak orang berada. Sungguh jelas dari tingkahnya yg blak-blakan dengan sedikit manja yg gak bisa wanita itu sembunyikan.

Sebenarnya, Ia bukanlah seorang pemuda luar biasa seperti sosok yg pernah dibacanya dalam kisah-kisah orang shalih yg tidak jadi berzina dengan seorang wanita yg mengajaknya tuk berzina. Karena ingat janjinya dengan Rasulullah, untuk tidak berbohong. Orang shalih itu malu kalau harus jujur dihadapan Nabi, "Aku telah berzina". Hingga akhirya orang shalih tsb gak jadi berzina.
Hanya saja, kisah kelam yg pernah dialaminya begitu membuatnya merintih barkali-kali di kegelapan malam. Mungkin Ia tak mau lagi menambah bintik-bintik legam di hatinya.

Dinginnya malam semakin menyelimuti tubuh pemuda itu. Kali ini, mulai terdengar suara lirih: " Ya Rabb...Sungguh tak ada satupun NikmatMu yang layak Ku dustakan".
waktu terus bergulir. Mungkin Ia akan terus bersandar di sana hingga subuh menjelang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pembaca yang baik hati. Komentar Mu sangat Ku nanti...