Yogyakarta,
17 Juni 2013
Setangkai Putri Malu untuk Laili
Ini tak biasa.
Ku mulai membalik lembaran usang tak tersentuh.
Kita yang terlahir di masyarakat kaku ini. Acapkali haus akan tutur
lembut di rumah sendiri. Kata-kata
sayang, senyum penuh cinta sesuatu yang mahal di sini. Kita mungkin sangat
mudah mengatakan rindu sama seseorang yang kemarin kita kenal, tapi tak
kepalang payahnya untuk mengatakan: ”Bu,
Aku sayang sama Ibu…”.
Tiba-tiba ku teringat adikku yang lagi galau nun jauh di sana, nentuin mau
lanjutin sekolah kemana. Sebenarnya, banyak
kata yang tertunda untuk ku bagi padamu, adikku. Mungkin saat ini, kau
masih kecil tuk merasakan semuanya. Abang berharap suatu saat nanti kau akan
temukan setangkai putri malu ini,
duhai sang Bintang Digelapnya Malamku
(Najmi Laili).
Dik, kamu takut ya sama abang?.
Sekarang kamu
kan udah punya HP sendiri ya. Kok dak pernah ngubungin abang? Abangkan juga
pengen tahu gmana sekolah kamu, tentang hasil UN kamu. Kamu mau lanjut ke SMP
atau Tsanawiyah, dik? Atau ke pesantren seperti yang Ni Devi bilang ya?.
Maafkan abang ya dik. Abang belum bisa bantu apa-apa sekarang. Abang
pengen bangat kamu sekolah di pesantren itu, kata Ni Devi pesantrennya bagus ya
dik. Kamu udah pernah ke sana?.
Dik, kamu ingat dak dulu waktu di kampung. Kalau One ngelarang kamu mandi
ke kali, pasti bilang abang marah ya. Wah, sekarang kamu udah besar. Udah
setinggi Ni Yuli.
Bang masih ingat, waktu pulang kemarin kamu minta dibeliin jilbab. Ntar kalau bang balek bang bawain ya dik ya.
Bang masih ingat, waktu pulang kemarin kamu minta dibeliin jilbab. Ntar kalau bang balek bang bawain ya dik ya.
Ya Allah,
papahlah adikku disetiap langkah kecil hidupnya.
Jangan lepas tangannya, kala badai benar-benar kuat menghempasnya.
Jangan lepas tangannya, kala badai benar-benar kuat menghempasnya.
Ya Allah yang
maha lembut, lembutkanlah hati dan lakunya.
Jangan timpakan dosa-dosa hamba padanya.
Jangan timpakan dosa-dosa hamba padanya.
Ya Allah yang
maha indah, karuniailah Ia keindahan yang menebar bunga-bunga rampai di hati
kami.
Ya Allah,
engkaulah sebaik-baik pelindung.
Lindungi adikku
ya Allah…
Dia yang Nelansa merisaukanmu,
B. W. Syailendra
Udara pagi ini mengembalikan memori usangku.
BalasHapusJaln ini memang berliku-liku, setiap liku pasti ada cobaan . .semangat untuk meniti hari-hari selanjutnya . .^^
BalasHapusTerima kasih mas Bro, I like your comment.
Hapus